PURWAKARTA, garisjabar.com- Pengamat kebijakan publik Agus Yasin menyebutkan, suasana bathin yang selama ini usaha yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang Anne Ratna Mustika.
Namun saat menghadapi persoalan terhadap dirinya. Yaitu penderitaan dari akibat pemutar balikan fakta, seolah keputusan yang ia ambil terkait gugatan cerainya terhadap Dedi Mulyadi, adalah balasan yang tidak tahu diri.
Menurut Agus Yasin, boleh-boleh saja bagi orang yang terbius absurditas berasumsi begitu. Namun bagi orang yang memahami guratan raut lara seorang Anne Ratna Mustika selama ini, menghadapi segala tudingan dan intrik serta pendzoliman, bahkan sampai kebijakan- kebijakan selaku Bupati pun kerap dipolitisir.
Lanjut Agus, rasanya cukup menyedihkan, dimana seseorang yang pernah menjadi bagian hidupnya sekarang menjadi seorang antagonis yang gemar mendramatisir situasi.
“Disadari atau tidak, perlakuan yang diperbuat oleh Dedi Mulyadi terhadap Anne Ratna Mustika bukan lagi sekedar dampak gugatan cerai. Tetapi lebih merambah pada pelampiasan yang berlebihan dengan segala reka daya, seolah ingin mempermalukan wanita yang merupakan ibu dari anak-anaknya sendiri,”kata Agus Yasin. Senin (13/02/2023).
Dikatakan Agus Yasin, memang ironis, seorang Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika dipenghujung masa jabatannya harus menemukan kenyataan pahit. Bukan lantaran keputusannya menggugat cerai, sehingga respon over reaktifnya Dedi Mulyadi yang seolah sudah kehilangan adab. Bahkan secara politikpun dia berusaha meruntuhkan kewibawaan kapasitasnya selaku Bupati.
Diawali dengan intrik pemboikotan Rapat Paripurna tentang PPA TA 2021 pada bulan September 2022. Lalu tersiar kabar lagi, bahwa anggota dewan yang dulu menjadi bagian dalam pemboikotan Rapat Paripurna didorong untuk melakukan interpelasi, terkait persoalan mutasi dan rotasi pejabat uang dianggap menyalahi prosedur.
“Kalau tujuannya untuk perbaikan silahkan saja, karena itu haknya anggota dewan. Tetapi apabila tujuannya melenceng dari sasarannya, siap-siap saja yang melakukan interpelasi berhadapan bahkan mungkin dihakimi rakyat purwakarta,”ungkap Agus Yasin.
Rakyat Purwakarta meyakini, ketegaran Anne Ratna Mustika menghadapi dan mengatasi situasi telah teruji. Dirinya senantiasa mampu menghadapi ujian hidup dan pantang menyerah. Sabar dan mampu memperlihatkan senyum sepanjang hari, tanpa perlu mengungkapkan bagaimana dia menangis sepanjang malam.
“Dan menangis itu pun bukan karena lemah, karena tidak mau berpura-pura tersenyum untuk membohongi dirinya dan kepercayaan masyarakat,”ujar Agus.
Menurutnya, ketegaran seorang Anne Ratna Mustika terletak pada keteguhannya dalam menentukan sikap, di tengah hentakan persoalan dan derasnya pendzoliman. Ada sebongkah kekuatan yang ada di dirinya, itu sumber kekuatan dari banyak jiwa. Yaitu masyarakat Purwakarta yang senantiasa makin mencintainya. (Rsd)