Garisjabar.com- Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dinilai terancam kebangkrutan, seiring sikap pemerintah yang membatalkan penyesuaian harga gas untuk pelanggan industri.
“Jadi kalau harga gas alam tidak boleh naik, maka PGN tinggal tunggu waktu, bangkrut dan bubar,” ujar Pengamat Ekonomi Energi, Salamuddin Daeng, di Jakarta. Kamis (31/10/2019).
Menurut, Salamuddin menyampaikan, kalau perusahaan tidak mendapatkan margin atau keuntungan sama sekali dari kegiatan usahanya, maka sama saja artinya dengan membangkrutkan PGN.
“Jika keuangan PGN terus memburuk, maka kualitas infrastruktur akan memburuk, pelayanan akan memburuk dan akibatnya swasta yang rugi sendiri. Kecuali, jika pemerintah memberikan subsidi besar-besaran kepada PGN,” kata dia.
Sambung dia, bila subsidi gas alam setara dengan subsidi LPG yang mencapai Rp 70 triliun setahun, maka itu adalah angka yang signifikan untuk membangun industri gas nasional. Namun faktanya, tidak ada subsidi dalam pengembangan industri gas alam yang dapat dimanfaatkan PGN.
Salamuddin mengatakan, harga gas PGN yang dijual ke swasta memang sudah lama tidak mengalami kenaikan. Sejak tahun 2013 harga gas tetap. Dia kemudian menyebut anekdot harga gas yang dijual oleh PGN boleh dikatakan satu-satunya harga energi yang dianggap pemerintah tidak terkena pengaruh inflasi dan pengaruh depresiasi nilai mata uang.
Sehingga, ia katakan, anggapan PGN tidak terpengaruh inflasi dan depresiasi memang agak aneh, mengingat harga gas hulu yang dibeli PGN kepada perusahaan asing tentu menggunakan mata uang dolar dan harganya relatif mahal.
Sementara, utang PGN yang besar dan anggarannya digunakan untuk membangun infrastruktur adalah utang dalam mata uang dolar. Sehingga, PGN jelas terpengaruh depresiasi atau menanggung beban depresiasi. Depresiasi Rupiah dalam 5 tahun terakhir sangat besar dan salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia.
“Selain itu, jika melihat angka inflasi tahunan sebesar 4 persen hingga 5 persen setahun, maka seharusnya harga gas yang dijual PGN naik minimal proporsional, bukan tidak naik sama sekali seperti sekarang,” ucapnya. (Rht)