PURWAKARTA, garisjabar.com- Salah satu desa wisata kini sedang jadi primadona di kalangan pelancong adalah wisata kampung tajur di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong. Namun di sini, wisatawan bisa belajar kearifan lokal tentunya wisata edukasi. Selasa (2/3/2021).
Sekretaris Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Purwakarta, Heri Anwar menjelaskan, sebelum masa Pandemi menjadi halangan, namun setiap Weekend pasti ada wisatawan dari luar Kabupaten Purwakarta untuk berwisata di Kampung Tajur ini.
Selain itu, Kampung Tajur sendiri berada di lereng Gunung Burangrang dimana di sini ada 42 rumah yang tertata dengan sangat rapih dan beragam. Sehingga rumah- rumah tersebut berarsitektur khas Sunda berupa rumah panggung yang terbuat dari bahan bangunan kayu dan bambu.
Kampung Tajur pun, pengunjung bisa ikut berbaur dengan warga di sini, dan juga bisa belajar membuat aneka anyaman berbahan dasar bambu, dan membuat gula aren, bercocok tanam juga ke sawah, ladang, hutan dan aktifitas lainnya.
“Pengunjung bisa berbaur dengan warga sekitar, dan bisa sambil belajar tanam padi, membuat gula aren juga yang lainnya,” kata Heri Anwar. Senin (1/3/2021).
Selain itu, wisata alam Kampung Tajur menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan. Para pengunjung bisa menginap di homestay yang disediakan oleh penduduk Kampung Tajur.
Sehingga para pengunjung pun bisa merasakan beraktivitas di alam pedesaan dengan belajar bercocok tanam, tanam padi, membajak sawah, juga beraktivitas masyarakat di Kampung Tajur.
Namun setelah adanya wabah virus corona Kampung Tajur tutup sementara. Otomatis warga setempat pun tidak mendapatkan penghasilan dari sewa rumah karena dia menjaga penyebaran Covid -19.
“Karena wisatawan yang berkunjung ke sini, kebanyakan dari luar Kabupaten Purwakarta, ada dari Lampung, Banten, kemudian Depok, Jakarta, Bandung, Cirebon,” kata Heri.
Kata Heri Anwar, selama Pandemi ini kunjungan wisatawan merosot hampir sama sekali tidak ada yang berkunjung ke Kampung Tajur ini.
Namun itu, kebanyakan pengunjung memang dari luar daerah bahkan ada juga pendidikan SD, SMP, SMA bahkan Mahasiswa. Karena konsep wisata yang diunggulkan adalah wisata edukasi. Bukan hanya dari Mahasiswa asal Purwakarta yang datang. Tetapi kebanyakan Mahasiswa yang ikut wisata edukatif ini berasal dari kota-kota lain seperti Jakarta hingga Bandung bahkan kota lainnya.
Sementara mereka menginginkan kembali pada tradisi masyarakat asli Indonesia. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan zaman, banyak generasi muda yang terkontaminasi budaya barat dan melupakan tradisi asli masyarakat tanah air. (Rsd)