PURWAKARTA, garisjabar.com- Tercemar limbah sampah dari TPA, aliran sungai di Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, menghitam dan bau tak sedap. Selain mengancam kesehatan warga setempat, aliran sungai untuk irigasi ini juga merusak hasil pertanian.
Sejak digunakan tempat pembuangan akhir oleh Pemkab Purwakarta, aliran sungai di Desa Margasari Purwakarta ini makin tercemar. Bahkan saat musim penghujan seperti ini, kondisi air sungai makin pekat.
Meski berjarak 2 hingga 1 kilometer dari zona TPA, namun aliran sungai yang tercemar limbah ini mengalir hingga persawahan warga. Tak hanya menghitam dan juga gatal- gatal, tapi juga mengeluarkan bau tak sedap.
Semntara dampak utama akibat pencemaran ini, selain kerusakan alam sungai, juga mempengaruhi hasil pertanian warga setempat. Sawah banyak gagal panen, hingga memicu penyakit gatal-gatal bagi para petani.
Usman (56) petani warga setempat telah berulangkali menyampaikan kepada anggota DPRD Purwakarta, agar serius menangani pengolahan limbah dari TPA Cikolotok. Namun nyatanya, hingga kini, pencemaran lingkungan sungai terus terjadi, bahkan semakin parah.
“TPA itu harus memakai bak kontrol yang besar dan itu pun harus membuat tiga bak kontrol. Dulu kan bisa dipakai, tapi sekarang tidak bisa dipakai karena airnya keras untuk sekarang sudah kena limbah.”Kata Usman. Rabu (10/8/2022).
Namun pencemaran sungai akibat limbah TPA Cikolotok ini juga telah merusak ekosistem sungai, bahkan berpotensi mengundang penyakit. Warga setempat kini juga khawatir dengan kualitas air sumur yang mereka konsumsi, akibat pencemaran sungai sejak sepuluh tahun ini. Warga berharap pemerintah turun tangan menangani pencemaran limbah sampah ini dengan serius.
“Air ini kalau dipakai untuk tanam padi mati, padinya langsung kering karena air ini cukup keras bahkan sampai rumput pun mati kimianya terlalu tinggi,”ucap Usman.
Liyana sebagai karang taruna menyampaikan, akibat pencemaran ini, selain kerusakan alam sungai, juga mempengaruhi hasil pertanian warga setempat. Sawah banyak gagal panen, hingga memicu penyakit gatal-gatal bagi para petani.
“Pihak Dinas dan DPRD pernah datang ke sini, saya meminta kepada anggota DPRD untuk melihat dulu sungai karena sumber air itu dari TPA, coba liat dulu penampungannya bener tidak. Pas diliat benar ada kebocoran dari bak kontrol TPA,”ungkapnya Liyana.
Kata Liyana, sudah di sampaikan kepada anggota DPRD saat berkujung ke sini,”Tapi sampai saat ini, pihak terkait sampai sekarang belum ada realisasi, kasihan kan petani,”kata Liyana. (Rsd)