Benarkah Dedi Mulyadi Membesarkan Golkar ? Atau Sebaliknya

oleh -184 Dilihat

PURWAKARTA, garisjabar.com- Sejarah Dedi Mulyadi masuk ke Golkar kembali diungkap mantan pengurus partai sekaligus mantan anggota DPRD Purwakarta dari Partai Golkar Agus Yasin. Kamis (18/5/2023).

Sementara itu, dinilai menyakitkan hati dan menodai citra partai serta merusak mekanisme jenjang kaderisasi Partai Golkar.

Setelah di dalam dan menjadikan Golkar sebagai alat penyalur syahwat politiknya. Semua orang di Purwakarta tahu kecuali generasi yang baru kemarin dan para pemilik lidah panjang, bahwa menganggap besarnya Golkar oleh dia.

Agus Yasin buka lembaran catatan, bagaimana kebesaran Golkar sejak masa reformasi sampai sekarang. Siapakah sesungguhnya yang benar-benar berjibaku membesarkan Partai Golkar di Purwakarta ?

Kata Agus Yasin, pemilu di awal reformasi tahun 1999 itu, dimana Golkar dihujat dan didesak untuk dibubarkan. Sehingga, di bawah kepemimpinan Bisri Harjoko Partai Golkar di Purwakarta mampu menjadi pemenang kontestasi politik dengan meraih 16 kursi untuk DPRD Purwakarta, dan juga mendapatkan 2 kursi ke DPRD Jabar dan 2 kursi ke DPR RI.

Pemilu 2004 masih di bawah kepemimpinan Bisri Harjoko, untuk peraihan kursi Golkar di DPRD Purwakarta naik menjadi 19 kursi dan ke DPRD Jabar serta ke DPR RI tetap dengan 2 kursi.

Pasca kepemimpinan Bisri Harjoko di DPD Golkar Purwakarta dipimpin oleh Dedi Mulyadi, untuk peraihan suara Golkar di Purwakarta dan ke Jawa Barat mengalami penurunan.

Sementara dalam pemilu 2009 peraihan kursi Golkar untuk DPRD Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi menurun menjadi 11 kursi. Sementara ke DPRD Jabar menjadi 1 kursi, adapun ke DPR RI masih bertahan 2 kursi.

Pasca kepemimpinan Dedi Mulyadi pada tahun 2010 Golkar Purwakarta dipimpin Sarip Hidayat, namun di periode ini terjadi kemelut internal partai bahkan sampai terjadi Musdalub ilegal yang diinisiasi oleh kelompoknya untuk menjatuhkan Sarip Hidayat.

Musdalub itu menghasilkan keterpilihan Lalam Martakusumah sebagai ketuanya, walaupun akhirnya dibatalkan DPP Partai Golkar melalui Surat DPD Golkar Jabar yang saat itu dipimpin Irianto MS Syafiuddin alias Yance. Keadaan tersebut dalam Pemilu 2014 membuat peraihan kursi ke DPRD Purwakarta turun menjadi 8 kursi, untuk Jawa Barat 1 kursi dan ke DPR tetap 2 kursi.

Lepas dari persoalan itu, kemudian masih di bawah kepemimpinan Sarip Hidayat pada Pemilu 2019 peraihan kursi Partai Golkar untuk DPRD Purwakarta naik kembali menjadi 11 kursi, dan ke DPRD Jabar tetap 1 kursi dan ke DPR 2 kursi.

Catatan ini jelas, apakah Partai Golkar di Purwakarta di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi itu meningkat atau sebaliknya ?. Kemudian disandingkan dengan peraihan kursi DPRD Jabar, saat kepemimpinan DPD Partai Golkar Jabar dipegang Dedi Mulyadi terjadi penurunan dari 17 menjadi 16 kursi, begitupun penurunan raihan kursi Partai Golkar Jabar ke DPR.

“Semakin kuat dugaan. Bahwa sebenarnya dia itu membesarkan Partai Golkar atau memperalat kebesaran partai itu sendiri, untuk kepentingan obsesi dan ambisinya,” kata Agus Yasin.

Agus menyampaikan, boleh saja yang tidak mengetahui sesungguhnya berkilah, tapi catatan sejarah tidak bisa terhapus dengan pemutar balikan fakta.

Dan peristiwa saat ini, dengan mundur dan kaburnya Dedi Mulyadi, dan disusul anaknya (AHB) Maula Akbar termasuk kroninya. Jika disimpulkan, diduga merupakan bentuk ketidak bertanggung jawaban dan keriskanan.

Selain itu, akan kemampuan anaknya (AHB) Maula Akbar membawa kemenangan Partai Golkar di Purwakarta pada Pemilu dan Pilkada 2024, dengan gaya dan caranya yang masih prematur menjadi pimpinan partai.

Alasan lain itu hanya dalih, sebab kalau tidak karena itu. Untuk apa dengan membawa kroninya kabur dan pindah ke partai yang bisa dikatakan punya peluang besar untuk menopang ambisinya yang terpendam.

Apakah kepindahannya Dedi Mulyadi dan para pengikutnya ke partai sekarang ini. Sehingga, tidak akan menimbulkan kemelut bagi kader lama partai itu sendiri ? Bahkan menimbulkan wabah pembusukan di dalam akhirnya.

Menurutnya, bisa saja terjadi, partai yang sekarang mengakomodir akan mengalami nasib seperti Partai Golkar di masanya. Intinya, dengan catatan di atas apakah benar Dedi Mulyadi itu membesarkan Partai Golkar. Tinggal cermati dengan pikiran sehat, dan mari buka bersama catatan itu dengan seksama. (Rsd)