BOGOR-Garisjabar.com
Wali Kota Bogor Bima Arya menjadi narasumber dalam Indonesia Writers Festival (IWF) 2019 yang diselenggarakan IDN Times di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong, Tangerang, Sabtu (7/9/2019).
Dalam sesi bertajuk ‘Literasi Zaman Now’, Bima Arya tidak sendirian. Ia tampak berjajar dengan pembicara lainnya, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi.
Menurut Bima, dunia maya saat ini sudah mengambil alih dunia nyata dalam banyak hal.
“Jadi, sangat penting untuk mengembalikan nilai-nilai di dunia maya, yakni bagaimana kita punya kemampuan literasi yang baik, mengelola informasi, berkomunikasi dengan baik, memilah dan memilih informasi, menangkal hoax dan menebar inspirasi,” ujar Bima Arya.
Ia menambahkan, Kota Bogor adalah kota yang semakin meningkat kelas menengahnya, bahkan literasi digitalnya juga semakin tinggi.
“Harapannya, dengan tingginya tingkat literasi digital harus diimbangi dengan pemahaman bagaimana mengelola informasi dengan baik dan harus menguatkan kebersamaan. Harus menebarkan hal-hal positif, jangan justru memecah,” kata dia.
Namun saat ini, kata Bima, sekitar 80 persen warga Kota Bogor sudah melek internet. Baik tua, maupun muda semua sudah terkoneksi dengan sosial media, mulai dari Facebook hingga Instagram. “Bahkan data dari salah satu operator telekomunikasi, jumlah pengguna providernya mencapai 2 juta. Itu baru satu operator. Padahal penduduk Kota Bogor hanya 1 jutaan jiwa,” ujarnya.
Untuk itu, melalui SK Wali Kota Bogor setiap dinas, kecamatan hingga kelurahan diwajibkan memiliki juru bicara digital.
“Kalau tidak begitu, semua laporan masuk ke walikota. Agak susah kalau semuanya harus dijawab satu per satu. Makanya kemudian kepala dinas, camat, lurah harus punya jubir digital. Kita juga membuka platform aplikasi bagaimana warga bisa ngadu pakai foto real time, kita namakan SiBadra. Sekarang dunia maya aktifnya luar biasa,” kata Bima.
Bima Arya juga memiliki sosial media instagram yang dimanfaatkannya untuk mensosialisasikan program, memaparkan progres pembangunan hingga sharing motivasi.
“Uniknya, kalau kita posting kemudian caption-nya serius, yang like dan komen ga banyak. Tapi kalau dibumbui dengan kata-kata lucu, malah lebih banyak. Makanya mikirin buat caption itu bisa ribet dan lama. Dalam menulis caption pun harus berhati-hati, salah kata atau salah diksi saja bisa panjang urusannya. Mending hanya sekedar di bully, tapi kalau caption salah diksi itu bisa menimbulkan kerusuhan, bahaya itu,” ucapnya.
Hal ini, Ajang Indonesia Writers Festival (IWF) 2019 merupakan pertemuan independen yang berkomitmen untuk memberdayakan Indonesia melalui bidang menulis. Acara dengan slogan (Empowering Indonesia Through Writing) ini dilangsungkan pada 6 hingga 7 September 2019 di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang.
IWF 2019 sendiri menghadirkan lebih dari 30 pembicara kompeten di berbagai latar belakang seperti Najwa Shihab, Rosiana Silalahi, Ivan Lanin, Marchella FP, Gina S. Noer, Sheila Timothy, Dewi Lestari, Reza Rahadian, Trinity, Windy Ariestanty, Ayu Utami, Henry Manampiring, Angkie Yudistia dan masih banyak lagi. (Rht)