Garisjabar.com- Di era disrupsi media Influencer menjadi tantangan bagi wartawan. Sehingga influencer lebih banyak dipandang ketimbang wartawan saat ini. Jum’at (13/3/2020).
Direktur Bisnis Pikiran Rakyat Januar P. Ruswita mengatakan hal itu saat menyampaikan materinya pada Seminar Nasional bertema “Peran Pers di Era Disrupsi Media, Mendorong Media Daring Tumbuh Sehat dan Berkembang” di Gedung Sate, Bandung, Kamis (12/3/2020).
“Dulu kalau agen tunggal pemegang merek mempunyai produk mobil baru, wartawan suka diajak ke luar negeri. Sekarang diundang mereka adalah influencer. Ini menjadi tantangan bagi media dan wartawan di era disrupsi media ini,” ujar Jepi.
Namun itu, Jepi mengatakan, teknologi pengembangan internet telah mengubah dunia media dan jurnalisme, termasuk mengubah perilaku konsumsi dan perilaku produk komersial. Ia mengatakan, proses produksi konten pun menjadi berubah terutama dalam seleksi, konfirmasi, cek and recek, editing, dan kode etik.
Hal serupa disorot pengelola Ayomedia, Mellysa Widyastuti. Di era disrupsi media, katanya, wartawan harus membuat berita sedikitnya untuk lima konten. Selain berita, katanya, wartawan atau jurnalis harus membuat konten untuk sosial media, video, atau pun bentuk lain.
Menurutnya, karena adanya tuntutan agar berita lebih banyak dibaca oleh banyak orang saat ini.
Hal ini, di sisi sumber berita, menurut Mellysa, ada kecenderungan wartawan menggunakan sosial media sebagai sumber berita. Di Indonesia, katanya, 9 dari 10 wartawan atau responden menggunakan sosmed sebagai sumber media.
“Ada kecenderungan berita dibuat saja dulu, untuk mengejar kecepatan dan jumlah pembaca yang banyak,” kata dia.
Namun itu, dikritik Ketua Dewan Pers Hendry Ch. Bangun, yang menegaskan aspek konfirmasi harus tetap dilakukan saat ini. (Frn)