PURWAKARTA, garisjabar.com- Perajin tempe dan tahu di Kabupaten Purwakarta, mulai keluhkan dengan kenaikan harga kedelai sangat tinggi.
Namun sebagian perajin tahu masih menunggu keputusan pemerintah untuk langkah selanjutnya.
Salah satu perajin tahu di Jalan Lodaya Kampung Bojong Nagri Kidul Rt 49/05 Kabupaten Purwakarta, Sujoyo (57) menyampaikan dampak kenaikan harga kedelai sudah dirasakan oleh para perajin tahu. Namun untuk menaikkan harga pihaknya tergantung keputusan dari pemerintah.
“Ya kita menyiasatinya yang tadinya 4 on setengah menjadi 4 on, yang tadinya 1 kilo menjadi sembilan setengah,”kata Sujoyo. Selasa (14/11/2023).
Selain itu, perajin dengan kondisi harga kedelai melambung tinggi untuk percetakan tempe tersebut dengan mengecilkan ukuran. Sehingga yang tadinya itu satu lonjor bisa dipotong menjadi beberapa bagian bahkan membuat lebih tipis.
“Tapi kalau untuk naikin harga belum bisa, karena pelanggan-pelanggan kalau dinaikin harga pada komplain tidak mau,”ujarnya.
Menurutnya, saat ini pihaknya tetap memproduksi tempe dengan menghabiskan 6 kuintal kedelai. Untuk menyiasati kenaikan harga, dirinya mencoba untuk mengecilkan ukuran.
“Karena permintaan pelanggan kita perkecil supaya berjalan dengan baik,” katanya.
Sujoyo (57) mengaku memilih mengecilkan ukuran tempe dibandingkan menaikkan harga. Hal ini karena takut ditinggal pelanggannya.
“Saya jual dengan harga lama dan ukurannya juga diperkecil. Kalau harga dinaikkan, nanti tidak laku pelanggan tidak mau beli,”ucapnya.
Sementara perajin tempe berharap pemerintah menstabilkan harga, sehingga perajin kecil seperti dirinya tidak kesulitan. (Rsd)