Garisjabar.com- Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan, tim operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) BPPT sejak beberapa hari lalu memperkirakan bahwa 11 Januari akan terjadi hujan yang sangat deras di Jabodetabek.
Menurut ia, diperkirakan curah hujan rata-rata wilayah Jabodetabek sekitar 50-100 milimeter. Namun, curah hujan tersebut tidak selebat hujan pada 31 Desember sampai 1 Januari lalu. Curah hujan saat itu rata-rata mencapai 150 milimeter per hari, bahkan di kawasan Halim mencapai 377 milimeter per hari.
“Tetap ada potensi genangan atau banjir di sejumlah titik. BMKG juga telah merilis prakiraan cuaca sepekan ke depan yang akan berpotensi hujan dengan intensitas lebat disertai petir dan kilat juga angin kencang,” ujarnya di Jakarta, Rabu (8/1/2020)
Namun saja, menyikapi perkembangan prakiraan cuaca tersebut, pada 10-13 Januari tim TMC BPPT bekerja sama dengan BNPB, TNI AU, dan BMKG akan melakukan operasi modifikasi cuaca selama 24 jam.
“Kami menyadari bahwa terbang malam dalam operasi TMC merupakan operasi berisiko sangat tinggi. Menyemai awan malam hari sungguh tidak mudah. Oleh karena itu kami minta tim TMC tetap bekerja secara profesional dengan kewaspadaan ekstra,” kata Seto.
Sebelumnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di Jakarta mengeluarkan peringatan bagi warga negaranya di kawasan Jabodetabek untuk mewaspadai hujan lebat pada 12 Januari 2020.
Hal itu, Kepala Sub-Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala Putra menyatakan informasi yang disampaikan Kedubes AS itu juga mengacu pada peringatan dini cuaca yang disampaikan BMKG.
Selain itu, dengan adanya fenomena zona konvergensi intertropis (ITCZ) atau pertemuan angin, maka potensi hujan masih akan meningkat.
“Kalau saya lihat malam hari nanti hingga dua hari ke depan, wilayah Pulau Jawa bagian barat perlu waspada kembali,” ucapnya. (Rht)