Orang Bilang Dedi Mulyadi Politisi Sejati, Beranikah Bertaruh di Luar Kandang ?

oleh -132 Dilihat

PURWAKARTA, garisjabar.com- Politisi sejati tidak pernah takut karir mati, dan rentan dengan kepercayaan diri. Selain itu, dimana harus berkelahi dan juga siap menghadapi apa yang terjadi.

Mundur lalu kabur dari rumah yang membesarkan diri, adalah sikap pengecut yang ketakutan oleh kesalahanya sendiri. Lalu balik kandang untuk merusak ladang yang dia tanam.

Hal ini, adalah efek dari sebuah ketidak mampuan berpetualang di ladang lawan.

Sebenarnya jika merasa polulis dan banyak dukungan dari luar daerah, seperti apa yang didapat dalam konten-konten medsosnya. Kenapa takut berpetualang di daerah orang ?

Berarti jelas sekalipun banyak pengagum soal keyakinan memberi suara tidak akan menjamin. Mereka hanya sekedar penikmat konten, yang terpedaya oleh eufemia tanpa terpikat untuk menghibahkan suaranya kelak pada perhelatan pesta rakyat.

Namun secara insting politik dia sudah menduga. Jika harus berjuang di kampung orang efeknya pun panjang, sehingga bagi kebaikan dirinya dan partainya serta para pendukung barunya. Dalam arti kata, sangatlah rentan untuk memenangkan pertaruhan.

Pahlawan kesiangan cari panggung

Simpanlah soal keberanian Dedi Mulyadi bertaruh di luar kandang, yang bisa diukur ada ketidak percayaan diri.

Mari kita simak pernak pernik pasca Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta mundur dan kabur mengikuti jejak sang ayah.

Sementara ada pertunjukan politik yang menggelitik. Dimana para pendulum Dedi Mulyadi seolah memperagakan penghianatannya, dan juga terbebas dari belenggu dan ketidak berdayaan melawan plutokrasi politik sang pemilik partai selama ini.

Lain soal dengan para petualang politik dari luar kalangan yang kerap menunggu di tikungan jalan.

Peristiwa mundur dan kaburnya Dedi Mulyadi disusul anaknya AHB Maula Akbar selaku Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta beserta kroninya, seperti menjadi lahan untuk turut meramaikan politik menggelitik dengan tanpa malu-malu.

Memang dalam politik itu biasa, antara pejuang dan petualang selalu jadi pemanis situasi. Dan tidak aneh ketika menang falam pertarungan, pejuang akan terbuang dan tertendang oleh petualang.

Seperti apa adanya saat ini, pasca Ketua DPD Golkar Purwakarta lengser, banyak “Pahlawan Kesiangan” cari panggung. Seolah tidak mau kehilangan momentum, dan ingin tercatat sebagai pemberi andil dalam kisahnya. Lalu kemarin pada kemana, kenapa sekarang muncul tiba-tiba ?

Selain itulah pertanyaan sederhana dari situasi politik menggelitik, yang dipertontonkan para politisi penunggu di tikungan jalan.

Sesungguhnya topeng dipakai bukan sekedar untuk menutupi wajah, tetapi untuk menunjukkan karakteristik yang lain. Dan topeng selalu berkaitan dengan kepalsuan, sehingga seiring waktu berlalu pasti akan terbuka juga akhirnya.

Sekali lagi berhati-hatilah, pasca Dedi Mulyadi dan AHB Maula Akbar mundur dan kabur dari Partai Golkar. Selain itu, banyak pahlawan kesiangan cari panggung. (Ags)