Ruangan Jadi Tempat Makan Bersama, Netralitas Sekda Diragukan

oleh -199 Dilihat

PURWAKARTA, garisjabar.com- Sekertaris Daerah (Sekda) Purwakarta Norman Nugraha, secara tidak langsung memberikan contoh ketidak panutan bagi bawahannya, akibat ruangannya dijadikan tempat makan dengan bersama mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang notabene calon anggota DPR RI dari Gerindra.

Saat ini kantor atau ruangan yang telah mengubah lingkungannya menjadi lebih santai.

Menurut Pengamat Agus Yasin, pejabat pemerintahannya suka-suka makan bersama di ruangan kantor Sekertaris Daerah (Sekda). Sementara di pinggir jalan banyak anak-anak dan kaum duafa mengharapkan belas kasihan sekedar untuk makan.

Begitupun rakyat dengan kesulitan ekonomi harus makan seadanya, padahal kewajiban pajaknya sebagian menjadi gajih dan pemenuhan fasilitas pejabatnya.

Cukup kontras kegenitan pejabat, kalau meminjam dari kata Pj Bupati saat penanda tanganan fakta integritas ASN di Hotel Harper belum lama ini.

Diantaranya panutan Sekda sendiri yaitu mantan Bupati sebelum Anne Ratna Mustika, yang saat ini merupakan caleg DPR RI Dedi Mulyadi dari partai Gerindra. Dengan kapasitas itu timbul praduga, jangan-jangan netralitas Sekda akan terukur.

‘Sekda sebagai pejabat tertinggi birokrasi di Purwakarta, bisa saja mempengaruhi bawahan untuk mengarahkan dengan cara dan kemungkinannya. Dugaan itu tidak bisa dilepaskan, karena momen dan orang yang dia jamu memiliki kesan politis di masa persemaian politik berjalan.”Kata Pengamat Politik Agus Yasin. Kamis (12/10/2023).

Agus Yasin mengatakan, dengan kedatangan tamu yang dijamu mengandung pesan politis. Baik ketika menyampaikan aspirasi kepada Pj Bupati, maupun mencampuri urusan-urusan yang sudah bukan bagiannya lagi.

Selain itu, termasuk mempertontonkan kedekatan dengan Kepala Balitbangda secara emosional, publik tahu siapa dan seperti apa kelekatan pejabat dimaksud.

“Patologi birokrasi memang sulit disembuhkan, perilaku aneh-aneh sukar dienyahkan. Dan muaranya lagi-lagi Sekda tidak mampu menjaga dan memelihara perasaan masyarakat,”ucapnya.

Agus Yasin mengatakan, publik tidak akan diam, dengan menonton kegenitan-kegenitan pejabat pemerintahannya. Bisa saja akibat itu akan berimbas dikorek-korek keborokan tata kelola pemerintahan dan penyimpangan anggaran pemerintahan, lima sampai sepuluh tahun sebelumnya.

Fokus pada anggaran makan minum (Mamin), sebab belajar dari perjamuan di ruangan Sekda bisa menjadi potret kebiasaan masa lalu.

Dikatakan Agus Yasin, yang tidak kalah penting lagi dengan peristiwa itu mengisyaratkan. Bahwa integritas Sekda belum menjamin dan masih diragukan, terkait netralitas nantinya. (Rsd)