Garisjabar.com- Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah di Bogor. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) kota dan kabupaten Bogor, sudah ada enam balita yang meninggal dunia akibat penyakit yang berasal dari nyamuk Aides Aegypti tersebut. Jum’at (13/3/2020).
Hal ini, berdasarkan data Dinas Kota Bogor hingga Kamis (12/3/2020), sudah ada 130 kasus DBD sejak awal Januari hingga Maret 2020. Dari jumlah itu, lima balita meninggal dunia.
Namun, pada Januari 1 orang warga Bogor Barat, Februari 1 orang warga Sempur, serta Maret 3 orang; 1 orang warga sempur, 1 warga Harjasari, dan 1 orang warga Katulampa.
“Hari ini bertambah satu orang jadi Kota Bogor lima orang. satu orang ini meninggal setelah masuk rumah sakit PMI,” ujar Plt Kadinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno Kamis (12/3/2020).
Ia menyampaikan, rara-rata balita yang meninggal terserang DBD disebabkan terlambat dalam penanganan awal sehingga ketika dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan dengue shock syndrome (DSS). Syok kritis ditandai dengan perdarahan yang mungkin muncul sebagai bintik-bintik kecil darah pada kulit (petechiae) dan bercak darah lebih besar di bawah kulit (ekimosis) itu.
“Selain itu, cedera ringan pada penderita dapat menyebabkan perdarahan. Syok kritis pada penderita juga dapat menyebabkan kematian dalam 12 hingga 24 jam. Artinya pasien sudah melewati 5 hari terserang DBD,” kata dia.
Sehingga, walau penyebaran virus yang menyebabkan demam tidak berkesudahan ini meningkat setiap bulannya, ia mengklaim angka terjangkitnya warga Kota Bogor akibat DBD masih lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal tersebut, berdasarkan catatan Dinkes, pada 2019 tercatat 155 kasus pada Januari, 162 kasus pada Februari dan 92 kasus pada Maret. Total angka kematian dari awal tahun sampai Maret 2019 sekitar 10 orang.
Sementara ini, Dinkes Kabupaten Bogor periode Januari hingga Maret terjadi 210 kasus DBD di Kabupaten Bogor dan 1 orang dilaporkan meninggal. Dibandingkan selama 2019, jumlah kasus DBD mencapai 1.218 dengan 4 kasus kematian.
“Satu orang meninggal, itu pun karena dipicu penyakit lain. Jadi ada penyakit penyertanya,” ucap Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Intan Wijayanti. (Rht)